Laman

Sabtu, 26 November 2011

Arti di Balik Puisi



>>Indahnya saat kau disini, bersamaku melewati hari-hari yang menyenangkan ini<<
Hanya itu penggalan puisi yang masih kuingat dari beberapa bait puisi yang dulu pernah Niko kirimkan padaku. Dulu rasanya setiap detik begitu berarti, setiap langkahku terasa sangat membahagiakan, merasakan diri ini hidup tanpa beban pikiran sedikit pun.
Tapi kini semua tinggal sebuah kenangan. Entah harus ku katakan kenangan manis atau malah sebaliknya. Dalam pikiranku  masi tersimpan sejuta pertanyaan yang belum sempat aku tanyakan padamu.

Perubahan drastis yang terjadi pada sosok pria yang dulunya sangat perhatian padaku sangat membuatku bingung. Aku tak tau harus bagaimana. Aku bukan siapa-siapamu mungkin kau pun tak menganggapku sebagai temanmu. Aku hanya terdiam saat aku merasa kau mulai menjauhiku. Sebenarnya apa salahku ? yang memulai kau tapi kau tak pernah memikirkan akhirnya.
Hari itu Niko menatapku dengan pandangan yang tak seperti biasanya. Sungguh aku tak kuat menatap Niko balik karena tatapannya menyembunyikan banyak arti yang tak pernah aku ketahui apa maksudnya. Aku diam dan Niko pun diam. Aku bingung apa yang harus aku lakukan, aku mati gaya melihat sosok pria tegap yang berdiri tepat di depanku. Aku hanya bisa menuntuk, tak berani berkutik sedikitpun.
“Kenapa kamu diam ? Kamu takut ?” Tanya Niko yang mencoba mengajakku bicara.
“Ng.. Kamu ada perlu apa ?” Jawabku terata-bata.
“Harus ada perlu dulu baru boleh bicara sama kamu ?” Tanya Niko yang sontak membuatku menggangkat wajah dan menatapnya.
Aku bingung harus menjawab apa. Rasa tegang dan malu bercampur di benakku. Sungguh tak kuat rasanya menatap pandangan yang tak ku menngerti maksudnya itu. Karena merasa sudah tidak ada yang perlu dibicarakan, aku pun membalikkan badanku dan berlari menjauhi Niko.
Saat ku rasa Niko sudah jauh dariku aku berhenti berlari dan terdiam sejenak. Tak lama kemudian Handponeku bergetar dan aku segera mengambil Handponeku itu. Saat ku lihat layar Handponeku, sungguh kaget yang kurasa karena yang mengirimkan pesan adalah Niko.
>> Hariku terasa sepi tanpa candamu. Bisakah kau kembali padaku ?<<
Bait puisi yang dikirimkan Niko membuatku bingung, sangat bingung. Apa maksud dari semua ini ? Tak tau kah kau bahwa aku sangat mengharapkanmu ? Sejuta pertanyaan timbul di benakku. Aku hanya terdiam melihat bait puisi itu. Selang 3 menit kemudian Handponeku kembali bergetar.
“Belum dapat ku artikan bait puisimu tai , kamu malah sudah mengirim pesan lagi” Gerutuku sambil membuka rangkaian pesan yang dikirimkan oleh Niko.
>>Aku menyukaimu, maaf bila selama ini aku menjauh darimu. Aku hanyalah seorang pengecut yang tidak berani mengungkapkan cinta pada gadis yang ku cintai<<
Isi pesan yang dikirimkan Niko kali ini benar-benar membuatku mati gaya. Aku diam seribu bahasa, aku bisu. Tak ada sepatah kata pun yang mampu kuucapkan saat itu. Ternyata orang yang aku cintai membalas perasaanku. Setelah membaca pesan itu aku tak henti-henti mencari sosok Niko. Aku berlari tanpa menghiraukan sekelilingku. Yang ingin ku lihat hanyalah Niko.
Setelah mulai kelelahan aku pun berhenti berlari , tapi mataku tetap mencari sosok pria tinggi tegap yang ku cintai. Beberapa detik kemudian terdengar suara pria yang tak asing bagiku.
“Maaf” Kata Niko singkat.
Mendengar suara itu aku segera membalikkan badan dan orang yang ku cari telah berada dihadapanku dengan jarak yang sangat dekat.
“Aku mencintaimu. Maaf bila selama ini aku menjauh darimu.” Kata Niko lagi.
Aku masih terdiam memandang Niko. Aku bingung harus mengatakan apa. Aku tak bisa mengatakan sepatah kata pun. Badan ini terasa membeku dan hanya mampu memandang lurus ke depan.
“Kamu marah ? Sudah ku duga. Maafkan aku.” Pinta Niko padaku. Karena mulai putus asa, Niko memilih untuk membalikkan badan dan hendak melangkah menjauh dariku.
“Aku juga mencintaimu.” Ujarku memberanikan diri untuk menyatakan perasaanku.
Niko kaget dan seketika menghentikan langkahnya. Ia membalikkan badannya lagi dan memelukku erat. Sungguh senang hati ini mengetahui perasaan Niko yang sebenarnya.
“Thanks.” Bisik Niko yang terdengar hangat di telingaku.
Aku hanya menggangguk menanggapi perkataan Niko. Rasa bahagia terpancar lewat senyumku yang tak henti-henti ku tunjukkan.
Thanks God. Ujarku dalam hati. Kini orang yang ku cintai telah ada di sisiku dan ku harap ini akan berlangsung hingga akhir nafasku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar